Translate

16 Jun 2016

Warga PINTAR Rekan Bumi dari timur Indonesia (solusi penyelamatan lingkungan)



Seperti lirik lagu yang dipopulerkan Edo Kondologit “Tanah Papua Tanah yang Kaya, Surga Kecil Jatuh ke Bumi”. Di pulau ini saya memiliki sejuta harapan tentang masa depan saya, masa depan dalam karier dan hobbi saya, di tengah kesenjangan antara lapangan kerja dengan persaingan di dunia kerja yang semakin tinggi, ditambah lagi dengan lobi-lobi politik mengharuskan saya untuk hijrah ke tanah saudara di bagian timur Indonesia. Surga kecil jatuh ke bumi begitulah gambaran dari tanah ini namun sebelum berangkat ke tempat ini yang saya tahu bahwa daerah ini pastinya tidak jauh berbeda dengan desa-desa lain bahkan lebih primitif, dengan masyarakat yang katanya kurang terpelajar, etos kerja yang rendah, tempramental, dan jauh dari kata sejahtera.
            Benarkah demikian?????

Pengaruh pertambahan penduduk terhadap keseimbangan lingkungan dan kelestarian alam



Pada beberapa tahun terakhir ini, Indonesia mengalami fenomena transisi demografi. Hal ini terindikasi dari keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas dan meningkatnya kualitas kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan lainnya (Sutiono, 2014).
Transisi demografi ini mengakibatkan perubahan struktur umur penduduk yang ditandai dengan menurunnya proporsi anak-anak bersamaan dengan meningkatnya proporsi penduduk usia kerja, sehingga angka ketergantungan menjadi sangat menurun. Kalau pada tahu 1970-an ada 86 anak yang menjadi tanggungan 100 pekerja, tahun 2000 tinggal 54 anak per100 pekerja. Inilah yang disebut dengan “Bonus Demografi” (Azis, Iwan, dkk, 2010).
Apabila melihat realita sekarang ini, Indonesia diperkirakan mencapai puncak "bonus demografi" pada tahun 2017 sampai 2019 pada gelombang pertama dan 2020 sampai 2030 pada gelombang bonus demografi kedua. Artinya, komposisi jumlah penduduk dengan usia produktif 15-64 tahun mencapai titik maksimal, dibandingkan usia nonproduktif 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Yang artinya  bahwa  terjadi  kenaikan  jumlah  angkatan  kerja  potensial (Wisasto, 2014).

Bumi semakin panas, ada apa dengan penghuni bumi

Mengapa Bumi Semakin Panas??


Seringkali kita merasa kepanasan ketika berada di luar rumah, bahkan di dalam rumah pun terkadang terasa begitu panas. Waktu masih menunjukkan pukul 08.00 tapi kita sudah merasakan kepanasan, apalagi saat siang hari cuaca panas begitu menyengat, kondisi ini bahkan menyebabkan kepala terasa pusing. Begitulah keluhan beberapa warga akibat terik matahari, yang juga banyak dikeluhkan oleh masyarakat di sosial media.
            Bumi sudah semakin panas, itu sudah kita rasakan sehari-hari, bukan hanya di  Indonesia saja namun di berbagai negara merasakan panasnya cuaca di bumi. Sebut saja India yang diberitakan di situs okezone.com, pada bulan Mei kemarin mengalami duka akibat lebih dari 1.000 orang tewas akibat gelombang panas yang melanda India yang mencapai 47 derajat celsius. Kondisi suhu ini mengakibatkan orang selalu merasa kehausan hingga meminum air pun tidak cukup membantu dan mengakibatkan munculnya korban jiwa.