Seringkali
kita merasa kepanasan ketika berada di luar rumah, bahkan di dalam rumah pun
terkadang terasa begitu panas. Waktu masih menunjukkan pukul 08.00 tapi kita
sudah merasakan kepanasan, apalagi saat siang hari cuaca panas begitu
menyengat, kondisi ini bahkan menyebabkan kepala terasa pusing. Begitulah
keluhan beberapa warga akibat terik matahari, yang juga banyak dikeluhkan oleh
masyarakat di sosial media.
Bumi sudah semakin panas, itu sudah
kita rasakan sehari-hari, bukan hanya di
Indonesia saja namun di berbagai negara merasakan panasnya cuaca di
bumi. Sebut saja India yang diberitakan di situs okezone.com, pada bulan Mei
kemarin mengalami duka akibat lebih dari 1.000 orang tewas akibat gelombang
panas yang melanda India yang mencapai 47 derajat celsius. Kondisi suhu ini
mengakibatkan orang selalu merasa kehausan hingga meminum air pun tidak cukup
membantu dan mengakibatkan munculnya korban jiwa.
Studi terbaru dari University of New
South Wales, Australia, yang dilansir Selasa 10 Mei 2010 menjelaskan bahwa
dalam kurun 3 abad. Separuh dari planet bumi terlalu panas untuk dihuni
manusia. Peningkatan suhu di beberapa daerah bisa membuat manusia tidak mampu
lagi beradaptasi dengan cuaca yang semakin panas. Bila kondisi ini benar
terjadi, kekhawatiran akan semakin naiknya permukaan air laut, kebakaran dan
gelombang panas, dan berbagai dampak lain akan terjadi.
Lantas
apa yang menjadi penyebab kondisi ini?
“Seven Billion Dreams, On Planet.
Consume with Care” merupakan tema yang diangkat di hari lingkungan hidup Juni
2015 tahun kemarin. Tujuh miliar manusia dengan berbagai macam keinginan
menghuni satu bumi, dengan pertambahan penduduk yang kian meningkat dan
pembangunan ekonomi yang terus berlangsung membuat ekosistem bumi mendekati
kritis.
Dengan jumlah penduduk dunia yang
mencapai 7,2 miliar orang pada 1 Januari 2015 yang dilangsir di situs VOA
Indonesia, mengakibatkan tingginya angka konsumsi dan gaya hidup penduduk bumi
saat ini, sehingga tekanan terhadap bumi di masa akan datang akan semakin
berat.
Populasi dunia diperkirakan akan
mencapai 8,5 miliar pada tahun 2030, 9,7 miliar pada tahun 2050, dan melampaui
11 miliar pada tahun 2100. Dan selama periode 2015-2050, setengah dari pertumbuhan
penduduk dunia diperkirakan akan terkonsentrasi di sembilan negara : India,
Nigeria, Pakistan, Republik Demkoratik Kongo, Ethiopia, Tanzania, Amerika
Serikat, Indonesia dan Uganda (Menurut
laporan PBB yang dikutip dari UN Projects
world populationto reach 8,5 billion by 2030, driven by growth in developing
countries pada situs unic-jakarta.org).
Diperlukan perubahan pola konsumsi dan
gaya hidup penduduk bumi untuk menstabilkan tingkat penggunaan sumber daya alam
dan mengurangi dampak lingkungan. Manusia harus berfikir dan harus lebih sadar
akan kelestarian sumber daya alam yang kian menipis.
Pertambahan
penduduk ini sejalan dengan konsumsi penduduk bumi yang semakin tinggi seperti?
Global warming atau pemanasan global
adalah peningkatan suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi pada bagian
atmosfer, bagian laut maupun di daratan bumi. Hasil penelitian para ahli
menunjukkan ternyata bumi telah mengalami peningkatan suhu hingga 0,18 derajat
celsius dalam 100 tahun terakhir. Tanpa
kita sadari peningkatan suhu bumi telah terjadi sejak awal abad ke 20 yang
disebabkan karena meningkatnya zat gas rumah kaca sebagai akibat dari aktivitas
manusia.
Penggunaan listrik yang secara
berlebihan bahkan untuk hal-hal yang tidak terlalu perlu sering dilakukan.
Semakin banyak alat-alat elektronik maka beban penggunaan listrik pun semakin
banyak, akibatnya energi yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik juga semakin
banyak. Meskipun kita sanggup membayar tagihan listrik yang besar namun
penggunaan energinya yang semakin banyak dapat meningkatkan suhu bumi.
Minimnya kesadara untuk menanam
pohon di rumah. Dengan adanya pepohonan memberikan dampak yang baik untuk
lingkungan seperti udara menjadi lebih sejuk dan pepohonan dapat menghirup gas
C02 yang menjadi salah satu penyebab peningkatan suhu bumi.
Bangunan berdiri megah menggunakan
konsep rumah kaca. Terlepas dari keindahan atau kemegahan sebuah bangunan yang
menggunakan konsep rumah kaca, dampak yang ditimbulkannya adalah ia tidak dapat
menyerap matahari melainkan memantulkannya kembali ke udara. Bisa dibayangkan
semakin banyak bangunan dengan konsep rumah kaca akan semakin panas lingkungan
ini.
Jumlah kendaraan bermotor yang
meningkat. jumlah kendaraan yang semakin meningkat mengakibatkan peningkatan
penggunaan bahan bakar, dari hasil pembakaran kendaraan bermotor selain dapat
mengganggu kesehatan akibat polusi yang dihasilkan juga dapat menyebabkan
peningkatan suhu bumi.
Sampah. Sampah menghasilkan gas
metana (CH4), diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga diperkirakan
pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu
ton/tahun. Dengan demikian maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar
9500 ton/tahun yang sangat potensial mempercepat proses terjadinya pemanasan
global.
Kerusakan hutan. Saat ini di
Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Hal ini
nampak sangat jelas tergambar dalam kejadian kebakaran hutan dan kabut asap
yang melanda Sumatera dan Kalimantan antara September hingga Oktober 2015 lalu.
Laporan Forest Watch Indonesia (FWI) pada tahun 2015 ini merupakan kerusakan
hutan Indonesia yang menjadi terparah di dunia. Kerusakan hutan bukan hanya
akibat kebakaran, namun juga perubahan tata guna lahan. Dengan kerusakan
seperti ini, tentu saja proses penyerapan Co2 tidak dapat optimal dan akan
mempercepat terjadinya pemanasan global.
Bagaimana
mengatasinya?
Tidak ada kata terlambat untuk
menjadi seorang “agent of change” pelaku
perubahan, mengatasi peningkatan pemanasan global sudah dilakukan sejak dahulu
namun konsistensi terhadap proses perubahan sering kali menjadi masalah
sebagian orang, dan perilaku “toleransi” menjadi kebiasaan sebagian orang
seperti toleransi terhadap penggunaan listrik dan kendaraan bermotor.
Untuk itu seorang agent of change harus
konsisten dan mulai dari sekarang mengatasi pemanasan global yang sedang
melanda bumi dengan cara menggunakan lampu hemat listrik dan mengurangi penggunaan
listrik yang tidak perlu. Penanaman pohon, jika setiap rumah atau gedung-gedung
di dunia memiliki satu pohon di pekarangannya maka bisa dipastikan penyerapan
gas Co2 menjadi lebih optimal. Bepergian yang ramah lingkungan, membiasakan
berjalan kaki dan menggunakan sepeda atau kendaraan yang menggunakan bahan
bakar alternatif dapat mengurangi polusi yang diakibatkan oleh kendaraan
bermotor. Membuang sampah pada tempatnya dan daur ulang sampah organik serta
pisahkan dengan sampah non organik agar mudah terurai.
Meskipun cuaca di Indonesia tidak lagi mudah
untuk diprediksi, terkadang pada siang hari matahari dengan hebatnya memamerkan
teriknya, tiba-tiba saja pada sore hari hujan turun dengan riangnya setia
membasahi tanah. Namun bukan berarti kita juga tidak merasakan akibat dari
pemanasan global ini. Oleh karena itu sebagai warga Indonesia kita harus ikut
berpartisipasi dalam mengatasi dampak dari pemanasan global yang manfaatnya
bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar