Translate

16 Jun 2016

Bumi semakin panas, ada apa dengan penghuni bumi

Mengapa Bumi Semakin Panas??


Seringkali kita merasa kepanasan ketika berada di luar rumah, bahkan di dalam rumah pun terkadang terasa begitu panas. Waktu masih menunjukkan pukul 08.00 tapi kita sudah merasakan kepanasan, apalagi saat siang hari cuaca panas begitu menyengat, kondisi ini bahkan menyebabkan kepala terasa pusing. Begitulah keluhan beberapa warga akibat terik matahari, yang juga banyak dikeluhkan oleh masyarakat di sosial media.
            Bumi sudah semakin panas, itu sudah kita rasakan sehari-hari, bukan hanya di  Indonesia saja namun di berbagai negara merasakan panasnya cuaca di bumi. Sebut saja India yang diberitakan di situs okezone.com, pada bulan Mei kemarin mengalami duka akibat lebih dari 1.000 orang tewas akibat gelombang panas yang melanda India yang mencapai 47 derajat celsius. Kondisi suhu ini mengakibatkan orang selalu merasa kehausan hingga meminum air pun tidak cukup membantu dan mengakibatkan munculnya korban jiwa.
            Studi terbaru dari University of New South Wales, Australia, yang dilansir Selasa 10 Mei 2010 menjelaskan bahwa dalam kurun 3 abad. Separuh dari planet bumi terlalu panas untuk dihuni manusia. Peningkatan suhu di beberapa daerah bisa membuat manusia tidak mampu lagi beradaptasi dengan cuaca yang semakin panas. Bila kondisi ini benar terjadi, kekhawatiran akan semakin naiknya permukaan air laut, kebakaran dan gelombang panas, dan berbagai dampak lain akan terjadi.

Lantas apa yang menjadi penyebab kondisi ini?
“Seven Billion Dreams, On Planet. Consume with Care” merupakan tema yang diangkat di hari lingkungan hidup Juni 2015 tahun kemarin. Tujuh miliar manusia dengan berbagai macam keinginan menghuni satu bumi, dengan pertambahan penduduk yang kian meningkat dan pembangunan ekonomi yang terus berlangsung membuat ekosistem bumi mendekati kritis.
Dengan jumlah penduduk dunia yang mencapai 7,2 miliar orang pada 1 Januari 2015 yang dilangsir di situs VOA Indonesia, mengakibatkan tingginya angka konsumsi dan gaya hidup penduduk bumi saat ini, sehingga tekanan terhadap bumi di masa akan datang akan semakin berat.
Populasi dunia diperkirakan akan mencapai 8,5 miliar pada tahun 2030, 9,7 miliar pada tahun 2050, dan melampaui 11 miliar pada tahun 2100. Dan selama periode 2015-2050, setengah dari pertumbuhan penduduk dunia diperkirakan akan terkonsentrasi di sembilan negara : India, Nigeria, Pakistan, Republik Demkoratik Kongo, Ethiopia, Tanzania, Amerika Serikat, Indonesia dan Uganda (Menurut laporan PBB yang dikutip dari UN Projects world populationto reach 8,5 billion by 2030, driven by growth in developing countries pada situs unic-jakarta.org).
Diperlukan perubahan pola konsumsi dan gaya hidup penduduk bumi untuk menstabilkan tingkat penggunaan sumber daya alam dan mengurangi dampak lingkungan. Manusia harus berfikir dan harus lebih sadar akan kelestarian sumber daya alam yang kian menipis.
Pertambahan penduduk ini sejalan dengan konsumsi penduduk bumi yang semakin tinggi seperti?
            Global warming atau pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi pada bagian atmosfer, bagian laut maupun di daratan bumi. Hasil penelitian para ahli menunjukkan ternyata bumi telah mengalami peningkatan suhu hingga 0,18 derajat celsius  dalam 100 tahun terakhir. Tanpa kita sadari peningkatan suhu bumi telah terjadi sejak awal abad ke 20 yang disebabkan karena meningkatnya zat gas rumah kaca sebagai akibat dari aktivitas manusia.
            Penggunaan listrik yang secara berlebihan bahkan untuk hal-hal yang tidak terlalu perlu sering dilakukan. Semakin banyak alat-alat elektronik maka beban penggunaan listrik pun semakin banyak, akibatnya energi yang dibutuhkan oleh pembangkit listrik juga semakin banyak. Meskipun kita sanggup membayar tagihan listrik yang besar namun penggunaan energinya yang semakin banyak dapat meningkatkan suhu bumi.
            Minimnya kesadara untuk menanam pohon di rumah. Dengan adanya pepohonan memberikan dampak yang baik untuk lingkungan seperti udara menjadi lebih sejuk dan pepohonan dapat menghirup gas C02 yang menjadi salah satu penyebab peningkatan suhu bumi.
            Bangunan berdiri megah menggunakan konsep rumah kaca. Terlepas dari keindahan atau kemegahan sebuah bangunan yang menggunakan konsep rumah kaca, dampak yang ditimbulkannya adalah ia tidak dapat menyerap matahari melainkan memantulkannya kembali ke udara. Bisa dibayangkan semakin banyak bangunan dengan konsep rumah kaca akan semakin panas lingkungan ini.
            Jumlah kendaraan bermotor yang meningkat. jumlah kendaraan yang semakin meningkat mengakibatkan peningkatan penggunaan bahan bakar, dari hasil pembakaran kendaraan bermotor selain dapat mengganggu kesehatan akibat polusi yang dihasilkan juga dapat menyebabkan peningkatan suhu bumi.
            Sampah. Sampah menghasilkan gas metana (CH4), diperkirakan 1 ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana. Jumlah penduduk yang semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan mencapai 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun. Dengan demikian maka sampah akan mengemisikan gas metana sebesar 9500 ton/tahun yang sangat potensial mempercepat proses terjadinya pemanasan global.
            Kerusakan hutan. Saat ini di Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah. Hal ini nampak sangat jelas tergambar dalam kejadian kebakaran hutan dan kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan antara September hingga Oktober 2015 lalu. Laporan Forest Watch Indonesia (FWI) pada tahun 2015 ini merupakan kerusakan hutan Indonesia yang menjadi terparah di dunia. Kerusakan hutan bukan hanya akibat kebakaran, namun juga perubahan tata guna lahan. Dengan kerusakan seperti ini, tentu saja proses penyerapan Co2 tidak dapat optimal dan akan mempercepat terjadinya pemanasan global.

Bagaimana mengatasinya?
            Tidak ada kata terlambat untuk menjadi seorang “agent of change” pelaku perubahan, mengatasi peningkatan pemanasan global sudah dilakukan sejak dahulu namun konsistensi terhadap proses perubahan sering kali menjadi masalah sebagian orang, dan perilaku “toleransi” menjadi kebiasaan sebagian orang seperti toleransi terhadap penggunaan listrik dan kendaraan bermotor.
Untuk itu seorang agent of change harus konsisten dan mulai dari sekarang mengatasi pemanasan global yang sedang melanda bumi dengan cara menggunakan lampu hemat listrik dan mengurangi penggunaan listrik yang tidak perlu. Penanaman pohon, jika setiap rumah atau gedung-gedung di dunia memiliki satu pohon di pekarangannya maka bisa dipastikan penyerapan gas Co2 menjadi lebih optimal. Bepergian yang ramah lingkungan, membiasakan berjalan kaki dan menggunakan sepeda atau kendaraan yang menggunakan bahan bakar alternatif dapat mengurangi polusi yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor. Membuang sampah pada tempatnya dan daur ulang sampah organik serta pisahkan dengan sampah non organik agar mudah terurai.
Meskipun cuaca di Indonesia tidak lagi mudah untuk diprediksi, terkadang pada siang hari matahari dengan hebatnya memamerkan teriknya, tiba-tiba saja pada sore hari hujan turun dengan riangnya setia membasahi tanah. Namun bukan berarti kita juga tidak merasakan akibat dari pemanasan global ini. Oleh karena itu sebagai warga Indonesia kita harus ikut berpartisipasi dalam mengatasi dampak dari pemanasan global yang manfaatnya bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar