Translate

16 Jun 2016

Warga PINTAR Rekan Bumi dari timur Indonesia (solusi penyelamatan lingkungan)



Seperti lirik lagu yang dipopulerkan Edo Kondologit “Tanah Papua Tanah yang Kaya, Surga Kecil Jatuh ke Bumi”. Di pulau ini saya memiliki sejuta harapan tentang masa depan saya, masa depan dalam karier dan hobbi saya, di tengah kesenjangan antara lapangan kerja dengan persaingan di dunia kerja yang semakin tinggi, ditambah lagi dengan lobi-lobi politik mengharuskan saya untuk hijrah ke tanah saudara di bagian timur Indonesia. Surga kecil jatuh ke bumi begitulah gambaran dari tanah ini namun sebelum berangkat ke tempat ini yang saya tahu bahwa daerah ini pastinya tidak jauh berbeda dengan desa-desa lain bahkan lebih primitif, dengan masyarakat yang katanya kurang terpelajar, etos kerja yang rendah, tempramental, dan jauh dari kata sejahtera.
            Benarkah demikian?????
            Dengan sejuta harapan saya terbang dari Bandara Sultan Hasanuddin menuju Bandara Mozes Kilangin untuk mewujudkan harapan saya harapan bisa menjadi anak yang berbakti kepada Tuhan, kedua orang tua, dan kepada bangsa dan negaraku tercinta menuju tanah dimana sanak saudara berada.
Mimika namanya salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Papua. Untuk membuktikan isu-isu tentang Papua, saya mulai menelusuri kabupaten Mimika, betapa takjubnya saya melihat daerah ini, daerah yang berkembang tidak jauh beda dengan kota kelahiran saya Kota Parepare, begitu banyak tempat hiburan dan gedung-gedung berdiri di tanah ini, masyarakat pendatang dan juga penduduk aslinya juga begitu ramah dan giat bekerja, tanah ini bisa dibilang tempat bertemunya berbagai suku daerah di Indonesia ada Jawa, Makassar, Manado, Batak, Padang, dan sebagainya. Hampir di beberapa tempat saya menemukan penduduk asli berdagang dan menjadi buruh harian sebagian lainnya kerja di kantor pemerintahan dan perusahaan-perusahaan.
Masyarakat Timika menyadari bahwa perkembangan kota mereka begitu cepat, hanya butuh satu tahun menjulang tinggi gedung gedung disepanjang jalan. Pertumbuhan penduduk Timika mayoritas disebabkan oleh tingginya migrasi “banyak masyarakat yang datang ke Timika untuk mengadu nasib karena Timika merupakan daerah yang cukup menjanjikan dan daerah yang berdiri banyak sekali perusahaan perusahaan industri. Sehingga jumlah penduduk Timika terus mengalami peningkatan, jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 183.491 jiwa dan meningkat menjadi 196.401 jiwa pada tahun 2013 atau laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,50% (BPS, 2014).
Setelah menjadi kabupaten, pembangunan kota menjadi lebih modern terutama akses dari dan ke Timika semakin terbuka dan banyaknya perusahaan perusahaan yang berdiri maka jumlah penduduk pun turut meningkat. Penambahan jumlah penduduk meningkat seperti deret hitung apalagi laju penduduk yang datang ke Timika lebih besar dan tercepat daripada jumlah kelahiran (Reynold R Ubra, 2015).
Pertambahan penduduk ini mengakibatkan tingginya kebutuhan masyarakat dan tingginya angkatan kerja yang ada di Timika, dan dengan sumber daya alam yang melimpah berbagai perusahaan pun berdiri di daerah ini.
“Tanah Papua Tanah yang Kaya, Surga Kecil Jatuh ke Bumi” dengan potensi sumber daya alam yang melimpah sungguh ironi, sumber daya alam yang melimpah tersebut belum dinikmati seutuhnya oleh segenap warga Papua khususnya Timika. Lebih dari 2,6 juta hektar lahan sudah diekploitasi, termasuk 119.435 hektar kawasan hutan lindung dan 1, 7 juta hektar kawasan hutan konservasi oleh perusahaan asing dan perusahaan perusahaan lainnya (Whenni Milasari, 2015).
Perkembangan dan kemajuan perusahaan-perusahaan tersebut berefek pada meningkatnya lapangan pekerjaan dan penghasilan yang kemudian mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Namun tingginya kebutuhan masyarakat akan perusahaan-perusahaan tersebut nampaknya  membuat sebagian kalangan tidak memperhatikan dampak negatif dari perusahaan-perusahaan yang tidak memperdulikan kondisi alam dan lingkungan sekitar.
Saya ingat ketika pertama kali datang ke tempat ini, sebelum pesawat landing di Bandara Mosez Kilangin terlihat dari atas ada yang begitu menarik nampak sesuatu yang seperti danau. Saya pun bertanya kepada rekan yang duduk disebelah saya, dia mengatakan bahwa danau itu merupakan limbah tailing perusahaan yang semakin meningkat jumlahnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana akibatnya kedepan terhadap ekosistem air. Limbah tersebut tidak saja bisa mematikan pepohonan sagu dan lainnya di wilayah dataran rendah Mimika yang menjadi sumber makanan pokok bagi masyarakat suku Kamoro, dan juga membawa efek buruk bagi kehidupan masyarakat setempat (Rudi Bauw, 2016). Berbagai pemberitaan dan studi pun menemukan adanya dampak limbah perusahaan tersebut.
Belum lama ini saya juga mendapatkan berita di koran mengenai ribuan hingga jutaan ikan ditemukan mati di sungai-sungai ujung Tanggul Barat hingga kawasan Cargo Dok Pelabuhan Amamapare, Mimika Timur. Kejadian ini menjadi jawaban mengapa selama saya berada disini jarang sekali menemukan ikan segar, dan kejadian ini mengakibatkan sebagian nelayan yang tidak mengenal arti hidup sehat karena tuntutan ekonomi rela berbuat curang dengan menjual ikan- ikan yang sudah mati dari sungai, sehingga kerap kali didapati ikan yang dipenuhi cacing pada isi perutnya. Entah ini adalah akibat dari limbah atau bukan sungguh sangat memprihatinkan.
Beberapa orang mungkin tidak menyadari hal tersebut, beberapa orang lainnya menyadari namun diam, beberapa orang lainnya berbicara dan menyuarakan isi hatinya terkait kepeduliannya terhadap lingkungan namun tidak didengar. Tentu saja ekspektasi untuk hidup sejahtera merupakan sesuatu yang lumrah dan menjadi impian semua orang yang datang di Timika untuk mengadu nasib dan bekerja di perusahaan-perusahaan yang berdiri disini, tentu saja dengan adanya perusahaan-perusahaan tersebut membantu pemerintah menangani lapangan pekerjaan yang semakin sulit diperoleh, tentu saja ketergantungan akan perusahaan tersebut semakin tinggi. Lalu apa solusinya ?????
Untuk menyelesaikan suatu masalah maka terkadang harus diamati dari sudut pandang yang berbeda, sama halnya dengan mengatakan suatu rumah mewah dan megah, apabila sekali-kali dipandang dari luar rumah tersebut. Untuk mencapai kelestarian alam dan keseimbangan lingkungan Mimika, maka diperlukan program inovatif.
Untuk menjamin keberlangsungan kehidupan generasi mendatang dibutuhkan gerakan sosial yang kuat dan meluas. Generasi mendatang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk itu generasi sekarang bertanggungjawab mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kelestarian alam. Lalu kemudian apa solusinya ?
Belajar dari kesuksesan Komisi Penanggulangan HIV AIDS di Kabupaten Mimika dalam menekan prevalensi HIV AIDS salah satunya melalui program WARGA PINTAR (Partisipasi, INisiaTif dan berjejARing). Kader WARGA PINTAR merupakan masyarakat lokal di kampung/desa yang dilibatkan dan diikutsertakan dalam pemberian informasi HIV-AIDS sesuai dengan karakteristik wilayah setempat, agar warga setempat lebih mudah menerima informasi terkait penanggulangan HIV AIDS.
Kenapa tidak penyelamatan lingkungan juga dibekalkan pada masyarakat, sebut saja warga “PINTAR Rekan Bumi”. Warga yang partisipatif, inisiatif dan berjejaring sebagai rekan bumi yang mampu mengajak warga untuk mencintai lingkungan dan memberikan edukasi kepada warga untuk peka dan peduli terhadap isu lingkungan disekitarnya, dan bertindak dan bersuara ketika melihat kerusakan lingkungan, dan pastinya diakui keberadaannya dan diterima apa aspirasinya. Dengan demikian warga secara keseluruhan ikut serta dalam penyelamatan lingkungan bukan hanya pemerintah, LSM, dan organisasi lingkungan saja.
Lalu mengapa memilih warga lokal ? karena mereka lebih mengetahui karakteristik wilayah setempat dan mengerti warga dimana dia berada. Tanpa kita sadari masih banyak masyarakat yang tidak tahu bagaimana mencintai lingkungan, dengan alasan ekonomi lupa akan pentingnya kelestarian lingkungan, dengan ketergantungan kepada perusahaan-perusahaan lupa akan efek negative dari perusahaan yang berdiri tanpa peduli terhadap kelestarian alam dan keseimbangan lingkungan.
Melalui warga PINTAR Rekan Bumi ini pun kita bisa mensosialisasikan program keluarga berencana kepada masyarakat Timika dengan konsep yang dikemas lebih menarik kepada msyarakat suku asli. Misalkan promosi melalui media yang menggunakan bahasa daerah. Sehingga mudah untuk diterima oleh masyarakat setempat.
Penyelamatan lingkungan itu memiliki prinsip solidaritas yaitu prinsip yang membangkitkan rasa solidaritas, perasaan sepenanggungan dengan alam dengan makhluk hidup lainnya sehingga mendorong manusia untuk menyelamatlkan lingkungan. Sehingga terwujud “Tanah Papua Tanah yang Kaya, Surga Kecil Jatuh ke Bumi”. Salam Genre

Referensi :
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Mimika. 2014. Kabupaten Mimika dalam Angka 2014. Mimika

Ubra, Reynold R. 2015. Menyulam Kembali Masa depan Kesehatan Mimika Dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional Kabupaten Mimika.

Milasari, Whenni. 2015. Eksploitasi Freeport di Papua. Whennimilasari97.web.unej.ac.id

Bauw, Rudi. Kerusakan Lingkungan Mimika Makin Parah. Edisi portalberita.my.id

35 komentar:

  1. artikelnya keren bgt yus. emang tmnq ini sang penulis sejati..

    BalasHapus
  2. saya juga merasakan jika Timika saat ini semakin padat penduduk dan mengakibatkan banyak sekali lapangan kerja terbuka. Namun tak ada pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat suku asli.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam Pak Amirudin, senang sekali ada org Timika yang memberi komentar. Benar kata Bpk, namun sebenarnya ada pengaruhnya koq pak, selain unk memotivasi mereka berkembang jg mereka diistimewakan, misalnya gak perlu tes asalkan suku asli. Nah keistimewaan itu yg kerap tidak dimanfaatkan krn tdk sadar bahkan tdk tahu. Insya Allah kdepannya posting tentang ini ya pak. Terima kasih, salam Generasi Berencana.

      Hapus
    2. betul juga, btw alamatnya di Timika dimana dek?

      Hapus
  3. Proses pertambangan memang memiliki dampak yang luar biasa terhadap lingkungan. Namun saya pikir sudah ada mekanisme/regulasi yang dirancang agar supaya pengelolahan limbah tidak berdampak terlalu besar terhadap lingkungan sekitar.
    Selanjutnya ya bagaimana sekarang kita bisa terus mengawasi perkembangannya saja. Salah satunya dengan aktif menulis/ menyuarakan opini-opini pribadi kita terkait apa yang telah kita amati selama ini.

    Nice post.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam Yudhi,
      Betul sekali jika perusahaan-perusahaan tambang sudah memiliki sistem pengelolaan limbah dan pemanfaatan limbah, namun bukan berarti bebas dari dampak negatif kedepannya. Untuk itu melalui WARGA PINTAR inilah kita bisa bersama-sama mengawasi perkembangan seperti yang Yudhi katakan dan juga dengan aktif menulis.. terima kasih yah
      Salam Genre

      Hapus
  4. Balasan
    1. terima kasih Ariel, salam kenal
      sering-sering mampir yah, semoga ilmunya bertambah dan terinspirasi

      Hapus
  5. Senang skali bsa membaca blog dek yusri lagi. Sy mmg blm prnah ke tanah Papua tp sdkt byk sy bisa membayangkn keadaan dsna. Ya tntutan masa depan utk hdup lbh baik kdg mbuat manusia mengesampingkn faktor lain, bkn lupa hanya saja kserakahan mngalahkan naluri. Solusi yg ditawarkan penulis mbuat sy optimis bhwa kesadaran itu bsa dibangun, sdkit demi sdkit namun psti. Semoga semakin byk org yg peduli bhwa alam berhak hidup tdk hnya utk kita namun utk anak cucu kita juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya kak, makasih
      iya kesadaran itu bisa dibangun dan kk juga yah peduli alam. jangan lupa 2 anak cukup...heheheh

      Hapus
  6. Sangat menginspirasi, semoga artikel karyamu menjadi motivasi bagi semua orang sadar akan peduli terhadap lingkungan, masyarakat dan alam Indonesia tercinta. Lanjutkan teman 👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih, semoga benar2 menjadi motivasi bagi kita semua teman
      Salam

      Hapus
  7. Bagus, papa bangga sm kamu nak (y)

    BalasHapus
  8. Bagus, papa bangga sm kamu nak (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha..iya ayah, jangan lupa 2 anak cukup yah nanti klw udah merit :D

      Hapus
  9. Mantap,,semoga artikel'y byk yg baca,agar tau timika bukan tempat keras,bukan tempat peperangan antar suku/etnis,melainkan surga kecil yg sngat layak huni,jauh dari drugs ataupun HIV...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, semoga banyak yg baca, tambah2 informasi dan saling berbagi pengalaman..Terima kasih

      Hapus
  10. Balasan
    1. Terima kasih, Jangan bosan-bosan untuk baca yah, semoga terinspirasi

      Hapus
  11. Pasti dek, jika bkn kita siapa lagi. Saya ttp cnta alam wlupun aplikasi nya di Indonesia tngah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali kak, Salam untuk Wilayah Indonesia Bagian Tengah,
      Save Nature

      Hapus
    2. Nnti kusmpaikan salam mu pada rumput yg brgoyang dek. Save nature, semoga suatu hri sya juga bisa ke Indonesia bagian Barat

      Hapus
  12. Senang skali membaca artikel anda yg masih peduli terhadap lingkungan ..
    Harapan saya program seperti "WARGA PINTAR" ini bisa dikembangkan ke daerah" lain agar Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi ini tidak menjadi surga bagi kaum borjuis...

    #Salam Dua Jari.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, sudah saatnya warga terlibat dalam penyelamatan lingkungan sekitarnya seperti WARGA PINTAR Rekan Bumi ini.
      Salam Unjuk Jari, Peduli Lingkungan

      Hapus
  13. Walaupun saya belum pernah ke sana (Mimika) tapi saya cukup bisa merasakan dan membayangkan kondisi di sana ini semua karena saya membaca artikel ini,artikelnya bagus penuh pesan dan cukup deskriptif. Dan semoga "WARGA PINTAR Rekan Bumi" ini pun bisa benar-benar mewujudkan "penyelamatan" kelestarian lingkungan.Kereeeeen..., tetap semangat menulis ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Susan, terima kasih sudah membaca, semoga terinspirasi untuk terus ikut serta menjaga lingkungan
      #Semangat

      Hapus
  14. Terima kasih Media Papua Lives, semoga bisa jadi bahan untuk artikel di medianya.

    BalasHapus
  15. Artikelnya bagus dan isuenya sangat menarik sekali untuk di angkat menjadi suatu bahan penelitian nantinya.. Sukses selalu ya ����

    BalasHapus
  16. Postingannya bagus, membuat masyarakat lebih aware terkait masalah lingkungan sebagai dampak dari pertambahan penduduk.. Btw kita sama sama peserta sayembara lomba blog bkkbn tahun ini :D hehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih. Saya merasa bangga krn ternyata di komentari oleh pemuda hebat kependudukan yang satu tujuan menginspirasi. Sukses yah

      Hapus
  17. Congratulations yaa for #2nd Winner #bkkbn.. semoga bisa menginspirasi temen-temen lain di papua untuk gemar nulis dan angkat isu-isu terkait lingkungan, sosial dan lain lain.. hehe !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Big thank Ari, I hope that too, Good Luck forever and be success. See U next time..

      Hapus