Seperti lirik lagu yang dipopulerkan Edo
Kondologit “Tanah Papua Tanah yang Kaya, Surga Kecil Jatuh ke Bumi”. Di pulau
ini saya memiliki sejuta harapan tentang masa depan saya, masa depan dalam
karier dan hobbi saya, di tengah kesenjangan antara lapangan kerja dengan
persaingan di dunia kerja yang semakin tinggi, ditambah lagi dengan lobi-lobi
politik mengharuskan saya untuk hijrah ke tanah saudara di bagian timur
Indonesia. Surga kecil jatuh ke bumi begitulah gambaran dari tanah ini namun
sebelum berangkat ke tempat ini yang saya tahu bahwa daerah ini pastinya tidak
jauh berbeda dengan desa-desa lain bahkan lebih primitif, dengan masyarakat
yang katanya kurang terpelajar, etos kerja yang rendah, tempramental, dan jauh
dari kata sejahtera.
Dengan
sejuta harapan saya terbang dari Bandara Sultan Hasanuddin menuju Bandara Mozes
Kilangin untuk mewujudkan harapan saya harapan bisa menjadi anak yang berbakti
kepada Tuhan, kedua orang tua, dan kepada bangsa dan negaraku tercinta menuju
tanah dimana sanak saudara berada.
Mimika namanya salah
satu kabupaten yang ada di Provinsi Papua. Untuk membuktikan isu-isu tentang
Papua, saya mulai menelusuri kabupaten Mimika, betapa takjubnya saya melihat
daerah ini, daerah yang berkembang tidak jauh beda dengan kota kelahiran saya
Kota Parepare, begitu banyak tempat hiburan dan gedung-gedung berdiri di tanah
ini, masyarakat pendatang dan juga penduduk aslinya juga begitu ramah dan giat
bekerja, tanah ini bisa dibilang tempat bertemunya berbagai suku daerah di
Indonesia ada Jawa, Makassar, Manado, Batak, Padang, dan sebagainya. Hampir di
beberapa tempat saya menemukan penduduk asli berdagang dan menjadi buruh harian
sebagian lainnya kerja di kantor pemerintahan dan perusahaan-perusahaan.
Masyarakat Timika
menyadari bahwa perkembangan kota mereka begitu cepat, hanya butuh satu tahun
menjulang tinggi gedung gedung disepanjang jalan. Pertumbuhan penduduk Timika
mayoritas disebabkan oleh tingginya migrasi “banyak masyarakat yang datang ke Timika
untuk mengadu nasib karena Timika merupakan daerah yang cukup menjanjikan dan
daerah yang berdiri banyak sekali perusahaan perusahaan industri. Sehingga jumlah
penduduk Timika terus mengalami peningkatan, jumlah penduduk tahun 2010 sebesar
183.491 jiwa dan meningkat menjadi 196.401 jiwa pada tahun 2013 atau laju
pertumbuhan penduduk sebesar 2,50% (BPS, 2014).
Setelah menjadi
kabupaten, pembangunan kota menjadi lebih modern terutama akses dari dan ke
Timika semakin terbuka dan banyaknya perusahaan perusahaan yang berdiri maka
jumlah penduduk pun turut meningkat. Penambahan jumlah penduduk meningkat
seperti deret hitung apalagi laju penduduk yang datang ke Timika lebih besar
dan tercepat daripada jumlah kelahiran (Reynold R Ubra, 2015).
Pertambahan penduduk
ini mengakibatkan tingginya kebutuhan masyarakat dan tingginya angkatan kerja
yang ada di Timika, dan dengan sumber daya alam yang melimpah berbagai
perusahaan pun berdiri di daerah ini.
“Tanah Papua Tanah yang
Kaya, Surga Kecil Jatuh ke Bumi” dengan potensi sumber daya alam yang melimpah
sungguh ironi, sumber daya alam yang melimpah tersebut belum dinikmati
seutuhnya oleh segenap warga Papua khususnya Timika. Lebih dari 2,6 juta hektar
lahan sudah diekploitasi, termasuk 119.435 hektar kawasan hutan lindung dan 1,
7 juta hektar kawasan hutan konservasi oleh perusahaan asing dan perusahaan
perusahaan lainnya (Whenni Milasari, 2015).
Perkembangan dan
kemajuan perusahaan-perusahaan tersebut berefek pada meningkatnya lapangan
pekerjaan dan penghasilan yang kemudian mampu meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat. Namun tingginya kebutuhan masyarakat akan perusahaan-perusahaan
tersebut nampaknya membuat sebagian kalangan
tidak memperhatikan dampak negatif dari perusahaan-perusahaan yang tidak
memperdulikan kondisi alam dan lingkungan sekitar.
Saya ingat ketika
pertama kali datang ke tempat ini, sebelum pesawat landing di Bandara Mosez
Kilangin terlihat dari atas ada yang begitu menarik nampak sesuatu yang seperti
danau. Saya pun bertanya kepada rekan yang duduk disebelah saya, dia mengatakan
bahwa danau itu merupakan limbah tailing perusahaan yang semakin meningkat
jumlahnya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana akibatnya kedepan terhadap ekosistem
air. Limbah tersebut tidak saja bisa mematikan pepohonan sagu dan lainnya di
wilayah dataran rendah Mimika yang menjadi sumber makanan pokok bagi masyarakat
suku Kamoro, dan juga membawa efek buruk bagi kehidupan masyarakat setempat
(Rudi Bauw, 2016). Berbagai pemberitaan dan studi pun menemukan adanya dampak
limbah perusahaan tersebut.
Belum lama ini saya
juga mendapatkan berita di koran mengenai ribuan hingga jutaan ikan ditemukan
mati di sungai-sungai ujung Tanggul Barat hingga kawasan Cargo Dok Pelabuhan
Amamapare, Mimika Timur. Kejadian ini menjadi jawaban mengapa selama saya
berada disini jarang sekali menemukan ikan segar, dan kejadian ini
mengakibatkan sebagian nelayan yang tidak mengenal arti hidup sehat karena
tuntutan ekonomi rela berbuat curang dengan menjual ikan- ikan yang sudah mati
dari sungai, sehingga kerap kali didapati ikan yang dipenuhi cacing pada isi
perutnya. Entah ini adalah akibat dari limbah atau bukan sungguh sangat
memprihatinkan.
Beberapa orang mungkin
tidak menyadari hal tersebut, beberapa orang lainnya menyadari namun diam,
beberapa orang lainnya berbicara dan menyuarakan isi hatinya terkait
kepeduliannya terhadap lingkungan namun tidak didengar. Tentu saja ekspektasi
untuk hidup sejahtera merupakan sesuatu yang lumrah dan menjadi impian semua
orang yang datang di Timika untuk mengadu nasib dan bekerja di
perusahaan-perusahaan yang berdiri disini, tentu saja dengan adanya
perusahaan-perusahaan tersebut membantu pemerintah menangani lapangan pekerjaan
yang semakin sulit diperoleh, tentu saja ketergantungan akan perusahaan
tersebut semakin tinggi. Lalu apa solusinya ?????
Untuk menyelesaikan
suatu masalah maka terkadang harus diamati dari sudut pandang yang berbeda,
sama halnya dengan mengatakan suatu rumah mewah dan megah, apabila sekali-kali
dipandang dari luar rumah tersebut. Untuk mencapai kelestarian alam dan
keseimbangan lingkungan Mimika, maka diperlukan program inovatif.
Untuk menjamin
keberlangsungan kehidupan generasi mendatang dibutuhkan gerakan sosial yang
kuat dan meluas. Generasi mendatang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. Untuk itu generasi sekarang bertanggungjawab mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kelestarian alam. Lalu kemudian apa
solusinya ?
Belajar dari kesuksesan Komisi Penanggulangan HIV AIDS di Kabupaten Mimika dalam menekan prevalensi HIV AIDS
salah satunya melalui program WARGA PINTAR (Partisipasi, INisiaTif dan berjejARing). Kader WARGA PINTAR merupakan masyarakat lokal di
kampung/desa yang dilibatkan dan diikutsertakan dalam pemberian informasi
HIV-AIDS sesuai dengan karakteristik wilayah setempat, agar warga setempat
lebih mudah menerima informasi terkait penanggulangan HIV AIDS.
Kenapa tidak penyelamatan lingkungan juga dibekalkan pada masyarakat,
sebut saja warga “PINTAR Rekan Bumi”. Warga yang partisipatif, inisiatif dan
berjejaring sebagai rekan bumi yang mampu mengajak warga untuk mencintai
lingkungan dan memberikan edukasi kepada warga untuk peka dan peduli terhadap
isu lingkungan disekitarnya, dan bertindak dan bersuara ketika melihat
kerusakan lingkungan, dan pastinya diakui keberadaannya dan diterima apa
aspirasinya. Dengan demikian warga secara keseluruhan ikut serta dalam
penyelamatan lingkungan bukan hanya pemerintah, LSM, dan organisasi lingkungan saja.
Lalu mengapa memilih warga lokal ? karena mereka lebih mengetahui
karakteristik wilayah setempat dan mengerti warga dimana dia berada. Tanpa kita
sadari masih banyak masyarakat yang tidak tahu bagaimana mencintai lingkungan,
dengan alasan ekonomi lupa akan pentingnya kelestarian lingkungan, dengan
ketergantungan kepada perusahaan-perusahaan lupa akan efek negative dari perusahaan yang berdiri tanpa peduli terhadap
kelestarian alam dan keseimbangan lingkungan.
Melalui warga PINTAR
Rekan Bumi ini pun kita bisa mensosialisasikan program keluarga berencana
kepada masyarakat Timika dengan konsep yang dikemas lebih menarik kepada
msyarakat suku asli. Misalkan promosi melalui media yang menggunakan bahasa
daerah. Sehingga mudah untuk diterima oleh masyarakat setempat.
Penyelamatan lingkungan itu memiliki prinsip solidaritas yaitu prinsip
yang membangkitkan rasa solidaritas, perasaan sepenanggungan dengan alam dengan
makhluk hidup lainnya sehingga mendorong manusia untuk menyelamatlkan
lingkungan. Sehingga terwujud “Tanah Papua Tanah yang Kaya, Surga
Kecil Jatuh ke Bumi”. Salam
Genre
Referensi :
Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Mimika. 2014. Kabupaten Mimika
dalam Angka 2014. Mimika
Ubra, Reynold R. 2015. Menyulam Kembali Masa depan Kesehatan Mimika
Dalam Rangka Hari Kesehatan Nasional Kabupaten Mimika.
Milasari, Whenni. 2015. Eksploitasi Freeport di Papua.
Whennimilasari97.web.unej.ac.id
Bauw, Rudi. Kerusakan Lingkungan Mimika Makin Parah.
Edisi portalberita.my.id
artikelnya keren bgt yus. emang tmnq ini sang penulis sejati..
BalasHapusterima kasih andri
BalasHapussaya juga merasakan jika Timika saat ini semakin padat penduduk dan mengakibatkan banyak sekali lapangan kerja terbuka. Namun tak ada pengaruhnya terhadap kesejahteraan masyarakat suku asli.
BalasHapusSalam Pak Amirudin, senang sekali ada org Timika yang memberi komentar. Benar kata Bpk, namun sebenarnya ada pengaruhnya koq pak, selain unk memotivasi mereka berkembang jg mereka diistimewakan, misalnya gak perlu tes asalkan suku asli. Nah keistimewaan itu yg kerap tidak dimanfaatkan krn tdk sadar bahkan tdk tahu. Insya Allah kdepannya posting tentang ini ya pak. Terima kasih, salam Generasi Berencana.
Hapusbetul juga, btw alamatnya di Timika dimana dek?
HapusSaya di BTN Kamoro pak.
HapusProses pertambangan memang memiliki dampak yang luar biasa terhadap lingkungan. Namun saya pikir sudah ada mekanisme/regulasi yang dirancang agar supaya pengelolahan limbah tidak berdampak terlalu besar terhadap lingkungan sekitar.
BalasHapusSelanjutnya ya bagaimana sekarang kita bisa terus mengawasi perkembangannya saja. Salah satunya dengan aktif menulis/ menyuarakan opini-opini pribadi kita terkait apa yang telah kita amati selama ini.
Nice post.
Salam Yudhi,
HapusBetul sekali jika perusahaan-perusahaan tambang sudah memiliki sistem pengelolaan limbah dan pemanfaatan limbah, namun bukan berarti bebas dari dampak negatif kedepannya. Untuk itu melalui WARGA PINTAR inilah kita bisa bersama-sama mengawasi perkembangan seperti yang Yudhi katakan dan juga dengan aktif menulis.. terima kasih yah
Salam Genre
Sip. Lanjutkan !!!
HapusArtikelnya bagus sekali,,,
BalasHapusterima kasih Ariel, salam kenal
Hapussering-sering mampir yah, semoga ilmunya bertambah dan terinspirasi
Senang skali bsa membaca blog dek yusri lagi. Sy mmg blm prnah ke tanah Papua tp sdkt byk sy bisa membayangkn keadaan dsna. Ya tntutan masa depan utk hdup lbh baik kdg mbuat manusia mengesampingkn faktor lain, bkn lupa hanya saja kserakahan mngalahkan naluri. Solusi yg ditawarkan penulis mbuat sy optimis bhwa kesadaran itu bsa dibangun, sdkit demi sdkit namun psti. Semoga semakin byk org yg peduli bhwa alam berhak hidup tdk hnya utk kita namun utk anak cucu kita juga
BalasHapusiya kak, makasih
Hapusiya kesadaran itu bisa dibangun dan kk juga yah peduli alam. jangan lupa 2 anak cukup...heheheh
Sangat menginspirasi, semoga artikel karyamu menjadi motivasi bagi semua orang sadar akan peduli terhadap lingkungan, masyarakat dan alam Indonesia tercinta. Lanjutkan teman 👍
BalasHapusterima kasih, semoga benar2 menjadi motivasi bagi kita semua teman
HapusSalam
Bagus, papa bangga sm kamu nak (y)
BalasHapusBagus, papa bangga sm kamu nak (y)
BalasHapusHahaha..iya ayah, jangan lupa 2 anak cukup yah nanti klw udah merit :D
HapusMantap,,semoga artikel'y byk yg baca,agar tau timika bukan tempat keras,bukan tempat peperangan antar suku/etnis,melainkan surga kecil yg sngat layak huni,jauh dari drugs ataupun HIV...
BalasHapusIya, semoga banyak yg baca, tambah2 informasi dan saling berbagi pengalaman..Terima kasih
HapusMantappp , , , Keren banget.
BalasHapusTerima kasih, Jangan bosan-bosan untuk baca yah, semoga terinspirasi
HapusPasti dek, jika bkn kita siapa lagi. Saya ttp cnta alam wlupun aplikasi nya di Indonesia tngah.
BalasHapusBetul sekali kak, Salam untuk Wilayah Indonesia Bagian Tengah,
HapusSave Nature
Nnti kusmpaikan salam mu pada rumput yg brgoyang dek. Save nature, semoga suatu hri sya juga bisa ke Indonesia bagian Barat
HapusSenang skali membaca artikel anda yg masih peduli terhadap lingkungan ..
BalasHapusHarapan saya program seperti "WARGA PINTAR" ini bisa dikembangkan ke daerah" lain agar Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi ini tidak menjadi surga bagi kaum borjuis...
#Salam Dua Jari.. :D
Benar sekali, sudah saatnya warga terlibat dalam penyelamatan lingkungan sekitarnya seperti WARGA PINTAR Rekan Bumi ini.
HapusSalam Unjuk Jari, Peduli Lingkungan
Walaupun saya belum pernah ke sana (Mimika) tapi saya cukup bisa merasakan dan membayangkan kondisi di sana ini semua karena saya membaca artikel ini,artikelnya bagus penuh pesan dan cukup deskriptif. Dan semoga "WARGA PINTAR Rekan Bumi" ini pun bisa benar-benar mewujudkan "penyelamatan" kelestarian lingkungan.Kereeeeen..., tetap semangat menulis ya...
BalasHapusSalam kenal Susan, terima kasih sudah membaca, semoga terinspirasi untuk terus ikut serta menjaga lingkungan
Hapus#Semangat
Terima kasih Media Papua Lives, semoga bisa jadi bahan untuk artikel di medianya.
BalasHapusArtikelnya bagus dan isuenya sangat menarik sekali untuk di angkat menjadi suatu bahan penelitian nantinya.. Sukses selalu ya ����
BalasHapusPostingannya bagus, membuat masyarakat lebih aware terkait masalah lingkungan sebagai dampak dari pertambahan penduduk.. Btw kita sama sama peserta sayembara lomba blog bkkbn tahun ini :D hehe...
BalasHapusTerima kasih. Saya merasa bangga krn ternyata di komentari oleh pemuda hebat kependudukan yang satu tujuan menginspirasi. Sukses yah
HapusCongratulations yaa for #2nd Winner #bkkbn.. semoga bisa menginspirasi temen-temen lain di papua untuk gemar nulis dan angkat isu-isu terkait lingkungan, sosial dan lain lain.. hehe !
BalasHapusBig thank Ari, I hope that too, Good Luck forever and be success. See U next time..
Hapus