Translate

18 Nov 2016

Perkara “Daun Bungkus” vs “Kondom XXXL Hingga Jurus Kuda-kuda Gagal (Mioko Punya Cerita)


Hai Guys untuk memulai cerita ini, saya akan buka dengan sebuah kata mutiara “Sehari Melayani, Sejuta cerita dijalani”. Yaps sehari saja melakukan pekerjaan mobile Konseling Testing dan bagi KPS di wilayah kerja Puskesmas Atuka Kampung Mioko rasanya banyak sekali cerita yang telah terukir.....So Sweet, Prikitiew..


Mungkin saya mulai dari kebiasaan “Kengaretan”. Disuruh nunggu jam 7.30 teng di depan BTN untuk dijemput, yah berjalanlah saya dari rumah sambil olahraga jalan kaki 500 meter kedepan dan ternyata itu masih garansi harus menunggu ibu Hasma sekitar setengah jam, untung saja Kaka Sonya Ariem ikut berdiri menambah kaki jadi  empat, menanti kedatangan ibu yang sudah gak sempat pake Bedak karena telepon dari ibu Farida menghantuinya. Masih di kantor KPA ibu Farida nelpon lagi tanya Pak Amir sudah dimana, kami depan SMA 1 bu (Tipu Muslihat) Hahaha... Maaf yah Ibu Farida

Nah Sampai di perjalanan menuju Mioko Pak Kris punya skripsi sepertinya harus direvisi deh, kata Mas Burhan dan Mas Ardi karena Defenisi Operasionalnya kurang tepat. Infonya ke Ibu Hasma bilang jalanan Becek padahal itu banjir (Becek dan Banjir DO.nya kayaknya mesti diperjelas) alhasil berjalanlah kita di bawah terik matahari sambil luluranlah kaki kita pake lumpur. Kasian ibu-ibu (Bu Sonya Ariem, Bu Hasma, Bu Farida, Bu Ida, Bu Kons, Bu Evi, Bu Sonya, Bu Rika) yang sabar yah.



Pas kali udah nampak di pelupuk mata, Ibu Farida semangatnya sekuat 4G mau naik kole-kole nyebrang sungai tapi pas udah naik karena takut kebawah arus akhirnya memilih mundur (yang punya perahu sampai wkwkwkwwk) harga Pasnya kami naik perahu yang lebih besar untuk nyebrang..Uyeee sampai



Nah disinilah daun bungkus mulai menjadi perkara, bermula dari Pak Amir dan Pak Valen yang menawarkan kondom ke Bang Linder. Ehh Bang Linder awalnya ngantongin kondom tersebut, tapi karena terikat gengsi “Kerukunan Pria-Pria Biak” yang cenderung memiliki ukuran “SENSOR” yang lebih besar akhirnya mengembalikan bungkusan merah tersebut dan berharap ada ukuran yang lebih besar (XXXL) ibu-ibu sepertinya mendukung ukuran tersebut. Tapi sayangnya karena stok yang kami bawah hanya seukuran itu dia lalu berdalih kalau dia para KPPB cukup pake daun bungkus yang natural dari alam tanpa efek samping dan tanpa kadaluarsa semua jadi beres. Entahlah daun bungkus itu modelnya seperti apa yang jelas dibenakku itu masih MISTERI.



Sepertinya perjalanan tadi cukup mulus, satu lokasi di balai desa tiga pekerjaan selesai dari periksa HIV, penyuluhan hingga bagi KPS. Nah ada yang menarik dari Kampung Mioko, hampir semua tiang bendera terbuat dari kayu yang dipahat yang nilai artistiknya sangat tinggi menurutku dan menurut Pak valen, Mas Burhan dan Mas Ardi (Sok Pakar Seni), pohon ketapangnya modelnya juga lucu, balai desanya rumah panggung tapi gak ada tangganya (mungkin melatih untung melangkah lebih tinggi), awan dilangit Mioko membentuk hati mungkin ada yang jatuh cinta (So Sweet), masyarakatnya cukup tertib dan sabar, obat expired jaman 2012 sampai 2016 masih dikoleksi di Pustu, anak SDnya pandai berbahasa inggris dan antusias mendengar penyuluhan dari Pak Valen, dan terakhir hingga sekarang saya hanya menenteng Notebook ke kantor untuk mengerjakan tugas kantor yang bejibun tapi di Mioko Engel si anak SD belajarnya sudah pake Laptop dibawah pohon rindang pula (diejeklah saya sama Pak Valen).







Cukup menarik Kampung Mioko, tapi ada  moment yang lebih menarik lagi saat perjalanan pulang. Dari Mas Burhan yang harus nabrak pohon sagu lalu jadi juru perahu bersama Pak Valen hingga Om Daeng kehilangan konsentrasi mencari arah jalan yang benar  karena air sungai yang meluap, alhasil mobil kami harus kandas di tengah jalan karena ban yang dipeluk oleh tanah. Awalnya sih dengan instruksi dari Bang Aris para lelaki mulai mendorong maju, mendorong mundur tapi belum berhasil mengeluarkan ban yang terjebak, hingga segala macam cara sudah dilakukan tapi sayang sepertinya jurus kuda-kuda yang digunakan (Bang Linder, Pak Valen, Pak Amir, Om Bland, Bang Aris, Pak Kris, Mas Burhan, Mas Ardi dan Om Daeng) tidak cukup kuat, atau kah sumbangan semangat dan doa para ibu-ibu yang kurang menyemangati para lelaki....hehehehhe. Saking sayangnya dengan tim, ibu-ibu termasuk Ibu Linder mencari bala bantuan ke jalan utama yang cukup jauh, akhirnya dapat satu truk yang mau menolong meski sedikit tipu muslihat kalau jalannya bagus padahal gak, kalau jalannya dekat padahal jauh. Tapi pak supir truk sungguh berhati mulia, semulia hati Pak Amir dan Mas Ardi yang jauh-jauh mencari kayu besi untuk penyangga mobil tapi sayang kayunya juga tak terpakai karena sudah datanglah bala bantuan..











Atas kesuksesan kawan-kawan kita makan di jalan bersama-sama sambil melepas lelah dan melakukan harmonisasi cerita yang sudah kita jalani seharian ini. dan di akhiri dengan ekspresi Ardi yang mengocok perut ketika Om Daeng merasa Dongkraknya lupa ditempat yang tadi (seperti ekspresi orang yang sudah semangat belajar 45 karena mau ujian lalu ternyata ujiannya tidak jadi).. hahahahah






Meski di pertigaan kami tak searah, KPA belok ke arah kanan dan KPS belok arah kiri tapi kita tetap tim yang entah kenapa tahun ini selalu bergandengan, seperahu bersama, setikar bersama, bercerita bersama, makan bersama, melihat langit yang sama, terbahak-bahak bersama bahkan naik kole-kole bersama “Kalau dipikir-pikir kita romantis yah”...



Inilah ceritaku, selamat menginspirasi anak Muda 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar