Hai
Guys untuk memulai cerita ini, saya akan buka dengan sebuah kata mutiara “Sehari
Melayani, Sejuta cerita dijalani”. Yaps sehari saja melakukan pekerjaan mobile
Konseling Testing dan bagi KPS di wilayah kerja Puskesmas Atuka Kampung Mioko
rasanya banyak sekali cerita yang telah terukir.....So Sweet, Prikitiew..
Mungkin
saya mulai dari kebiasaan “Kengaretan”. Disuruh nunggu jam 7.30 teng di depan
BTN untuk dijemput, yah berjalanlah saya dari rumah sambil olahraga jalan kaki
500 meter kedepan dan ternyata itu masih garansi harus menunggu ibu Hasma
sekitar setengah jam, untung saja Kaka Sonya Ariem ikut berdiri menambah kaki
jadi empat, menanti kedatangan ibu yang sudah gak sempat pake Bedak karena telepon dari ibu Farida menghantuinya. Masih di
kantor KPA ibu Farida nelpon lagi tanya Pak Amir sudah dimana, kami depan SMA 1
bu (Tipu Muslihat) Hahaha... Maaf yah Ibu Farida
Nah
Sampai di perjalanan menuju Mioko Pak Kris punya skripsi sepertinya harus
direvisi deh, kata Mas Burhan dan Mas Ardi karena Defenisi Operasionalnya
kurang tepat. Infonya ke Ibu Hasma bilang jalanan Becek padahal itu banjir
(Becek dan Banjir DO.nya kayaknya mesti diperjelas) alhasil berjalanlah kita di
bawah terik matahari sambil luluranlah kaki kita pake lumpur. Kasian ibu-ibu
(Bu Sonya Ariem, Bu Hasma, Bu Farida, Bu Ida, Bu Kons, Bu Evi, Bu Sonya, Bu
Rika) yang sabar yah.
Pas
kali udah nampak di pelupuk mata, Ibu Farida semangatnya sekuat 4G mau naik
kole-kole nyebrang sungai tapi pas udah naik karena takut kebawah arus akhirnya
memilih mundur (yang punya perahu sampai wkwkwkwwk) harga Pasnya kami naik
perahu yang lebih besar untuk nyebrang..Uyeee sampai
Nah
disinilah daun bungkus mulai menjadi perkara, bermula dari Pak Amir dan Pak
Valen yang menawarkan kondom ke Bang Linder. Ehh Bang Linder awalnya ngantongin
kondom tersebut, tapi karena terikat gengsi “Kerukunan Pria-Pria Biak” yang
cenderung memiliki ukuran “SENSOR” yang lebih besar akhirnya mengembalikan
bungkusan merah tersebut dan berharap ada ukuran yang lebih besar (XXXL)
ibu-ibu sepertinya mendukung ukuran tersebut. Tapi sayangnya karena stok yang
kami bawah hanya seukuran itu dia lalu berdalih kalau dia para KPPB cukup pake
daun bungkus yang natural dari alam tanpa efek samping dan tanpa kadaluarsa
semua jadi beres. Entahlah daun bungkus itu modelnya seperti apa yang jelas
dibenakku itu masih MISTERI.
Sepertinya
perjalanan tadi cukup mulus, satu lokasi di balai desa tiga pekerjaan selesai dari
periksa HIV, penyuluhan hingga bagi KPS. Nah ada yang menarik dari Kampung
Mioko, hampir semua tiang bendera terbuat dari kayu yang dipahat yang nilai
artistiknya sangat tinggi menurutku dan menurut Pak valen, Mas Burhan dan Mas
Ardi (Sok Pakar Seni), pohon ketapangnya modelnya juga lucu, balai desanya
rumah panggung tapi gak ada tangganya (mungkin melatih untung melangkah lebih
tinggi), awan dilangit Mioko membentuk hati mungkin ada yang jatuh cinta (So
Sweet), masyarakatnya cukup tertib dan sabar, obat expired jaman 2012 sampai
2016 masih dikoleksi di Pustu, anak SDnya pandai berbahasa inggris dan antusias
mendengar penyuluhan dari Pak Valen, dan terakhir hingga sekarang saya hanya
menenteng Notebook ke kantor untuk mengerjakan tugas kantor yang bejibun tapi
di Mioko Engel si anak SD belajarnya sudah pake Laptop dibawah pohon rindang pula
(diejeklah saya sama Pak Valen).
Cukup
menarik Kampung Mioko, tapi ada moment yang
lebih menarik lagi saat perjalanan pulang. Dari Mas Burhan yang harus nabrak
pohon sagu lalu jadi juru perahu bersama Pak Valen hingga Om Daeng kehilangan
konsentrasi mencari arah jalan yang benar karena air sungai yang meluap, alhasil mobil
kami harus kandas di tengah jalan karena ban yang dipeluk oleh tanah. Awalnya sih
dengan instruksi dari Bang Aris para lelaki mulai mendorong maju, mendorong
mundur tapi belum berhasil mengeluarkan ban yang terjebak, hingga segala macam
cara sudah dilakukan tapi sayang sepertinya jurus kuda-kuda yang digunakan (Bang
Linder, Pak Valen, Pak Amir, Om Bland, Bang Aris, Pak Kris, Mas Burhan, Mas
Ardi dan Om Daeng) tidak cukup kuat, atau kah sumbangan semangat dan doa para
ibu-ibu yang kurang menyemangati para lelaki....hehehehhe. Saking sayangnya
dengan tim, ibu-ibu termasuk Ibu Linder mencari bala bantuan ke jalan utama
yang cukup jauh, akhirnya dapat satu truk yang mau menolong meski sedikit tipu
muslihat kalau jalannya bagus padahal gak, kalau jalannya dekat padahal jauh. Tapi
pak supir truk sungguh berhati mulia, semulia hati Pak Amir dan Mas Ardi yang
jauh-jauh mencari kayu besi untuk penyangga mobil tapi sayang kayunya juga tak
terpakai karena sudah datanglah bala bantuan..
Atas
kesuksesan kawan-kawan kita makan di jalan bersama-sama sambil melepas lelah
dan melakukan harmonisasi cerita yang sudah kita jalani seharian ini. dan di
akhiri dengan ekspresi Ardi yang mengocok perut ketika Om Daeng merasa
Dongkraknya lupa ditempat yang tadi (seperti ekspresi orang yang sudah semangat
belajar 45 karena mau ujian lalu ternyata ujiannya tidak jadi).. hahahahah
Meski
di pertigaan kami tak searah, KPA belok ke arah kanan dan KPS belok arah kiri
tapi kita tetap tim yang entah kenapa tahun ini selalu bergandengan, seperahu
bersama, setikar bersama, bercerita bersama, makan bersama, melihat langit yang
sama, terbahak-bahak bersama bahkan naik kole-kole bersama “Kalau dipikir-pikir
kita romantis yah”...
Inilah
ceritaku, selamat menginspirasi anak Muda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar