Translate

22 Apr 2015

Aku Kecewa Pada Diriku


Perkenalkan namaku Ghaitsa Umdatul Hayah, nama yang begitu indah pemberian dari kedua orang tuaku yang artinya perempuan yang menerangi dan menjadi penopang kehidupan, dan ku yakin mereka berharap aku akan menjadi penerang baginya dan penopang kehidupan mereka kelak.
Ayahku seorang petani dan ia adalah seorang ayah yang pekerja keras. Apapun kebutuhanku selalu ia usahakan untuk mengabulkannya, apapun yang aku minta pun ayah pasti berusaha untuk mengabulkannya. Begitu pun dengan ibu yang selalu menyiapkan keperluanku dengan baik dan selalu menyediakan waktu untukku.
Aku jadi teringat saat masih di bangku SMP aku meminta dibelikan Android seperti milik temanku agar aku bisa belajar dengan praktis melalui benda itu, ayah yang saat itu baru saja gagal panen berusaha hingga menjadi buruh bangunan dan ditambah perhiasan ibu yang digadaikan untuk sebuah Android dengan harga 4 jutaan dambaanku itu.
Aku terlalu sibuk dengan sejuta keinginanku untuk selalu mengikuti trend, hingga lupa bagaimana susahnya ayah dan ibu membiayaku hingga sekolah di sekolah bergengsi dengan biaya yang cukup fantastis untuk keluargaku, namun ayah dan ibu tak pernah mengeluh asalkan aku bisa bersekolah dengan fasilitas yang lengkap.
Memasuki bangku SMA aku bersikeras untuk sekolah di luar kota, dan aku ingin hidup mandiri di sana, itu yang selalu aku ucapkan kepada mereka. Ayah dan ibu kemudian menyetujui permintaanku, mereka kemudian mengantarkanku di rumah kos yang begitu nyaman yang harga sewanya cukup mahal, tapi bagi ayah dan ibu asalkan aku nyaman, uang tidak jadi masalah meski mereka bersusah payah mencarinya, mungkin karena aku adalah anak tunggal sehingga mereka begitu memperhatikanku.
Ayah dan ibu selalu mengingatkan untuk beribadah, belajar dan menjaga kesehatanku serta pergaulanku dengan baik. Aku selalu mengingat itu, namun semua itu luntur ketika aku bertemu dengan seorang teman yang bernama Daniel, Daniel merubah semua kehidupanku dengan cintanya. Aku terpesona dengan parasnya yang tampan dan tanpa sadar kami melakukan hal yang tak seharusnya dilakukan oleh anak-anak seusia kami dan belum menikah.
Awalnya kami tidak pernah mengkhawatirkan hal tersebut, kami masih selalu bersama hingga kami tahu kalau aku hamil. Temanku melaporkan berita tersebut kepada kepala sekolah dan aku di drop out dari sekolah. Daniel tiba-tiba berubah dan ia berangkat ke Amerika bersama orang tuanya tanpa sepengetahuanku. Aku begitu sedih dengan keadaan ini, malu rasanya tapi aku memberanikan diri untuk pulang ke rumah.
Ayah dan ibu tidak percaya dengan semua yang aku ceritakan, raut wajah kecewa dan sangat terpukul terlihat di wajah mereka. Namun ayah tak pernah sekali pun memukulku, dia hanya menyalahkan dirinya yang tidak mendidikku dengan baik. Di usia yang sangat muda aku harus putus sekolah dan menjadi ibu dari anakku, ayah dan ibu membantuku membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Mereka tak peduli dengan ocehan orang-orang di sekitar kami.
Aku kecewa dengan diriku, aku tidak pernah sadar betapa susahnya ayah dan ibuku mencukupi semua kebutuhanku dan menyekolahkanku di sekolah yang terbaik agar kelak aku menjadi perempuan yang menerangi dan penopang kehidupan sesuai dengan arti namaku, tapi aku telah menghapus semua harapan itu dan aku justru menambah beban mereka bahkan beban mental mereka.
Aku berjanji untuk mendidik anakku agar tidak seperti diriku, dan aku berharap orang-orang yang membaca kisahku sadar betapa besar perjuangan orang tua kita untuk melihat kita menjadi orang yang lebih baik. Bahkan merak selalu berusaha ketika kita meminta padanya, namun mereka hanya memiliki satu harapan yaitu melihat kita sukses.
Sungguh gapailah cita-citamu agar kau bisa menjadi kebanggan mereka yang tercinta “Ayah dan Ibu”.

Salam Genre

2 komentar:

  1. Weiss..Admin
    menangis ku baca ini. perjuangannya org tua ee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, saya menulis kisah ini karena melihat realita anak muda sekarang. Semoga baik pemuda maupun org tua bisa mengambil hikmah dari kisah ini

      Hapus