Translate

30 Apr 2015

Kisah di Balik Botol

Udaranya terasa segar menyelimuti tubuhku, suara deru ombak itu seperti lagu yang membentuk simfoni di telingaku, warna biru yang terpancar darinya yang di dukung oleh langit yang menambah keindahannya di mataku, sungguh membuatku tak henti-hentinya mengucap syukur kepada Sang Pencipta yang menciptakan keindahan ini untuk kami penduduk pesisir pantai.
            Anugerah yang luar biasa ini sungguh membuatku bahagia hidup menjadi anak pesisir pantai, bahkan aku merasa sangat tergantung dengan laut, aku makan dari hasil laut, aku bercanda ria dan bermain di tepiannya, aku mendapatkan uang dari apa yang disediakannya, aku menghirup udara disekitarnya, aku hidup dalam keluarga yang hidup di pesisirnya.

            Namaku Bintang, seperti bintang yang selalu ada di laut dan di langit, begitupun aku yang selalu menikmati indahnya laut dan melihat indahnya langit. Aku tak pernah berfikir untuk meninggalkan tempat ini karena aku sudah merasakan kebahagiaan yang luar biasa di tempat ini. Setiap hari saat ayah pergi mencari ikan aku pun ikut dengannya, terkadang aku ikut membantu orang mendorong perahu dan menurunkan hasil tangkapan ikan agar aku bisa memperoleh uang untuk jajan, begitulah kehidupanku setiap hari bahkan hampir semua anak-anak sebayaku yang ada di tempat ini melakukan hal demikian.
            Bagi kami pandai membaca dan menulis itu sudah cukup, oleh karena itu setelah tamat SD, sebagian kami tak lagi bersekolah selain karena ekonomi, kami juga lebih suka bekerja karena kami bisa memperoleh uang.
            Hingga suatu hari ada sekelompok anak mahasiswa yang datang di kampungku, mereka mengatakan dirinya kelompok KKN, entahlah awalnya aku tidak mengerti apa itu mahasiswa apalagi KKN, namun setelah mereka menjelaskannya aku jadi mengerti.
            Mereka telah seminggu tinggal di kampungku dengan berbagai kegiatan yang dilakukannya, aku cukup sering memperhatikan mereka dan entah kenapa aku jadi terbiasa melihat kegiatan mereka, mereka bahkan mengajakku untuk bergabung di tempat mereka tinggal yang mereka sebut Posko.
            Awalnya aku merasa canggung namun persahabatan dan berbagai pelajaran yang mereka berikan membuatku begitu antusias mengikuti kegiatan bimbingan belajar yang mereka berikan. Hampir setiap hari aku belajar dari mereka, mendegar cerita mereka dan aku takjub ketika mereka mengatakan padaku “Kamu pandai, apa cita-citamu?”, aku sontak diam dan itu cukup lama hingga ibuku datang memanggilku dengan nada keras. Aku lalu berlari kearahnya tanpa menjawab pertanyaan kakak itu.
            Sesampai di rumah, ibu memarahiku, karena aku sudah mengabaikan kerjaanku beberapa hari ini, aku tidak lagi membantu ayahku menangkap ikan, tidak lagi membantu mendorong perahu-perahu nelayan. Hari itu hari terakhir aku mengikuti kegiatan mereka karena aku harus kembali ke rutinitas aku selama ini. Aku harus membantu ayah mencari uang untuk ibu dan adik-adikku di rumah.
            Sebulan berlalu aku tidak lagi melihat kakak itu, tempat yang mereka tinggali sekarangpun sudah kosong, aku bahkan belum menjawab pertanyaannya dan sekarang mereka telah pergi di tempat yang jauh yang bahkan aku tak tahu dimana itu.
            Aku mulai memikirkan pertanyaan dari kakak itu “apa cita-citamu?”. Aku setiap hari memikirkan hal tersebut baik itu sambil kerja maupun di sela-sela aku bisa menikmati indahnya pesisir pantai. Hingga suatu hari ketika aku membantu ayah mengangkat tangkapan ikan kami, cita-citaku pun terpikirkan. Aku begitu bahagia dan lari meninggalkan ayah. Aku mencari bukuku yang hampir dijadikan bungkusan untuk ikan asinnya, aku menuliskan cita-citaku di kertas tersebut. Aku bingung bagaimana menyampaikan jawaban pertanyaanku pada kakak itu, dan aku mendapat ide dengan memasukkan kertas itu ke dalam botol.
            Saat aku pergi menangkap ikan dengan ayah aku melempar botol tersebut ke laut, karena aku tahu laut itu menjangkau semua tempat di dunia ini, bahkan jika tak sampai di orang yang dituju aku sudah merasa lega karena aku bisa memberitahukan alam bahwa itulah cita-citaku. Yah botol yang berisi cita-cita seoranganak yang ingin menjadi seorang penulis dengan satu karya pertamanya adalah “Kisah di Balik Botol”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar